Source : m.merdeka.com |
Gunung yang berada di Kabupaten Malang, Jawa Timur ini memang terkenal akan budaya kejawennya. Salah satunya adalah ritual ngalap berkah atau mencari pesugihan. Ritual ini biasanya dilakukan dengan cara bertapa selama tiga hari tiga malam. Katanya jika petapa kejatuhan daun dari Pohon Dewandaru maka doanya diterima. Dan sepulangnya dari Gunung Kawi akan mendapat rejeki yang berlimpah dan bisa menjadi kaya raya.
Tertarik akan kisah dan ritual
kejawen ini saya dan beberapa saudara mengunjungi gunung dengan ketinggian 2551
mdpl ini. Karena belum ada yang pernah kesana, kami pun hanya mengandalkan gps.
Dan sayangnya saat hampir sampai sinyal menjadi susah sehingga kami harus
bertanya kepada warga sekitar. Hingga sampailah kami di perempatan dengan papan
petunjuk Keraton Gunung Kawi.
Ada dua tempat yang bisa dikunjungi di sini yaitu Keraton Gunung Kawi dan Pesarean Gunung Kawi. Tempat yang kami kunjungi adalah Keraton Gunung Kawi yang merupakan tempat untuk bertapa. Sedangkan Pesarean Gunung Kawi adalah tempat ritual ngalap berkah atau mencari pesugihan dilakukan. Kalian tak akan menemukan Pohon Dewandaru di Keraton Gunung Kawi. Karena pohon keramat itu hanya ada di Pesarean Gunung Kawi.
Keraton Gunung Kawi ini disimbolkan
sebagai kerukunan antar umat beragama karena terdapat tempat ibadah dari lima agama
di sini.
- Gereja yang berada sebelum gapura masuk merupakan tempat beribadah umat Kristen dan Katolik.
- Masjid di pelataran parkir yang merupakan tempat beribadah umat Islam.
- Vihara Dewi Kwan Im merupakan tempat ibadah umat Konghucu
- Pura Giri Kawijayan tempat ibadah umat Hindu.
Selain sebagai tempat ibadah, keraton ini juga terkenal
sebagai tempat untuk bertapa. Katanya, dahulu Bapak Presiden Soekarno pernah
bertapa di sini lho!
Tiket masuk
Setelah memarkirkan mobil dan
memakai jaket tebal, kamipun keluar. Hawa dingin yang menusuk-nusuk kulit dan
kabut tebal yang menyelimuti area keraton membuat suasana menjadi semakin
mistis. Setelah membeli tiket masuk seharga Rp 10.000 perorang, kami langsung
berjalan menuju gapura yang di kanan-kirinya terdapat sesajen di atas mangkuk
tanah liat. Dari sini bau dupa mulai menyeruak, masuk ke hidung kami.
Bangunan di area Keraton Gunung Kawi
Padepokan
Source : malang.merdeka.com |
Kami menaiki tangga pertama, menuju tempat sembahyang
berupa padepokan yang di depannya terdapat tempat menaruh hio. Seorang juru
kunci berdiri di depannya siap mengantar siapa saja yang ingin masuk. Interior
di dalamnya seperti dalam klenteng. Penuh dengan warna merah dan kuning emas.
Vihara Dewi Kwan Im
Source : m.merdeka.com |
Pura Giri Kawijan
Setelah itu kami lanjut naik lagi.
Di tingkat selanjutnya ada Pura Giri Kawijayan. Terlihat pura nampak sepi, tak
ada satu orang pun di sana. Terdapat sebuah gazebo di depannya, sepertinya
tempat untuk persiapan melakukan doa.
Ruang Bertapa
Source : m.merdeka.com |
Kamipun lanjut menaiki tangga ke bangunan paling tinggi.
Untuk masuk kami harus melepas alas kaki. Jangan tanyakan lagi dinginnya
seperti apa. Ubin dingin menyambut kaki telanjang kami. Kami harus berhati-hati
saat berjalan karena lantai sedikit basah sehingga menjadi licin
Bangunan ini digunakan untuk
bertapa. Di dalam bangunan terdapat ruangan lagi yang di bentuk seperti gua.
Bagi pengunjung yang memang datang untuk bertapa, mereka bisa langsung masuk.
Di kanan kiri tempat bertapa ini terdapat patung kuda terbang berwarna hitam
pekat. Di sebelahnya terdapat sebuah candi.
Petilasan Mpu Sendok
Selesai berkeliling kami turun ke bawah lagi dan ternyata
di bawah tadi terdapat petilasan Mpu Sendok. Mpu Sendok inilah yang membangun
tempat bertapa ini. Beliau bertapa di lokasi ini hingga moksa.
Budaya kejawen sangat kental
terlihat di sini. Bunga-bunga tujuh rupa, recehan uang dan bau dupa selalu ada
di setiap sudut keraton. Kabut tebal yang tak kunjung hilang menciptakan aura
mistis. Habis sudah rasa penasaran saya setelah bertandang dan melihat sendiri Keraton
Gunung Kawi yang penuh misteri ini. Kalian penasaran juga?
No comments
Post a Comment