![]() |
Source : travel.tempo.co |
Sebagai istana resmi Kesultanan Yogyakarta, Keraton Jogja menjadi tempat dilaksanakannya berbagai prosesi upacara adat Jawa. Salah satunya adalah upacara adat grebeg yang diadakan bertepatan dengan hari raya umat islam. Upacara Grebek Jogja ini identic dengan gunungan yang menjadi symbol kemakmuran Keraton Yogyakarta.
Upacara Grebeg ini digagas oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I
dan tetap dilaksanakan tiap tahunnya hingga saat ini. Ada 3 macam upacara Grebeg
yang diadakan di Keraton Jogja dalam satu tahun berdasarkan penanggalan islam.
Grebeg Syawal
Grebeg Syawal diadakan pada bulan Syawal tepatnya setiap
tanggal 1 Syawal ketika hari raya Idul Fitri. Grebeg Syawal merupakan bentuk
syukur Sultan karena telah melewati Bulan Ramadhan dan hadirnya Hari Raya Idul
Fitri.
Ada tujuh gunungan yang disiapkan dalan upacara Grebeg Syawal.
Tujuh gunungan tersebut nantinya akan dibawa ke beberapa tempat. Selain itu
dalam acara Grebeg Syawal prajurit Keraton turut diarak, membuat acara menjadi
semakin ramai.
Grebeg Besar
Grebeg Besar diadakan pada bulan Dzulhijjah, tepatnya
tanggal 10 Dzulhijjah saat Hari Raya Idul Adha berlangsung. Grebeg Besar ini
merupakan bentuk rasa syukur Sultan dalam menyambut hari raya idul adha.
Grebeg Maulud
Grebeg Maulud diadakan setiap tanggal 12 pada bulan Maulud
yang berteptan dengan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Salah satu
rangkaian acaranya adalah pasar malam sekaten.
Dalam Grebeg Maulud, Gamelan Sekaten milik Keraton Jogja
dibunyikan selama 7 hari. dan di puncak acara nanti akan dibacakan risalah
Maulid Nabi Muhammad SAW oleh penghulu Keraton.
Gunungan di Grebeg Keraton Jogja
Gunungan merupakan susunan berbagai bahan pangan dan makanan
yang ditata berbentuk kerucut menyerupai gunung. Upacara ini merupakan cara
yang dipakai oleh Raja Yogyakarta untuk bersedekah kepada rakyatnya.
![]() |
Source : travel.detik.com |
Bentuk gunungan yang menyerupai gunung ternyata tak hanya asal buat. Hal ini berasal dari kepercayaan Masyarakat Jawa bahwa gunung merupakan tempat yang sacral dan suci. Masyarakat Jawa percaya, bahwa gunung merupakan tempat bersemayamnya Para Dewa. Setelah islam masuk, mereka percaya bahwa tempat itu merupakan tempat bersemayamnya Yang Maha Kuasa.
Bentuk dan Ukuran Gunungan
Ada tujuh macam gunungan yang ada dalam upacara Grebeg
Keraton Jogja. Gunungan yang selalu muncul dalam acara Grebeg adalah gunungan
Jaler atau lanang dan gunungan estri atau wadon. Sedangkan gunungan lainnya
adalah Gunungan Darat, Gepak, Pawuhan, Picisan da Bromo. Jenis-jenis gunungan tersebut
melambangkan anggota keluarga Keraton yaitu Raja, Permasuri, Pangeran, Putri,
hingga anak cucu.
Ada satu gunungan yang istimewa yaitu gunungan Bromo. Gunungan
ini hanya muncul setiap sewindu (8 tahun) sekali pada tahun Dal penanggalan Jawa.
Gunungan bromo dilengkapi dengan dupa dibagian puncaknya sehingga nampak
seperti mengeluarkan asap dari dalamnya. Selain itu, gunungan ini tidak untuk
diperebutkan oleh masyarakat melainkan setelah diarak dibawa masuk kembali ke
dalam Keraton untuk dimakan oleh para abdi dalem Keraton
Isi Gunungan
![]() |
Source : gudeg.net |
Isi gunungan tidaklah sembarangan makanan, ada pakem-pakem yang dipatuhi dalam membuat gunungan. Untuk gunungan jaler atau gunungan kakung harus ada rangkaian telur, kacang panjang, cabai merah, cabai hijau, dan kucur.
Untuk Estri yang melambangkan permasuri bentuknya seperti
kerucut terbalik. Isinya terdiri dari upil-upilam dari beras ketan yang
dibentuk segiempat, rengginang, dan taplukan yang terbuat dari beras ketan
berbentuk segienam.
Gunungan Darat berbentuk seperti gunungan estri tapi
memiliki warna dan bentuk susuna yang berbeda. Gunungan gepak berisi
buah-buahan, umbi-umbian, jadah, wajik, lemper, apem, serabi, geplak, mendhut,
dan rengginang.
Sedangkan gunungan Pawuhan yang merupakan symbol cucu raja,
memiliki bentuk dan isi sama dengan gununga estri namun berbentuk lebih kecil.
Gunungan Picisan dibentuk dari batang pisang dan disetiap sisi akan ditancapkan
picisan.
Ngrayah Berkah
![]() |
Source : joglojateng.com |
Setelah membuat gunungan, acara selanjutnya dalam prosesi Grebeg adalah arak-arakan gunungan oleh para abdi dalem keraton menuju Masjid Gedhe Kauman. Dalam acara penutupan nantinya akan ada prosesi ngrayah berkah. Dimana setelah gunungan didoakan oleh penghulu Keraton, masyarakat berebut mengambil isian dari gunungan yang diarak tadi.
Masyarakah Jawa percaya jika mereka mendapat isian dari
gunungan, mereka akan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Jika mereka petani
maka sawahnya akan subur, jika peternak maka ternaknya akan sehat, jika
pedagang maka dagangannya akan lari dan keberkahan yang lainnya.
Kegiatan ngrayah berkah dalam prosesi Grebeg Keraton Jogja
ini memiliki makna bahwa manusia dalam kehidupannya untuk mencapai tujuan harus
berani melakukan persaingan dan permasalahan hidup harus dihadapi bukan
dihindar.
No comments
Post a Comment