Source : tirto.id |
Pulau Lombok yang terkenal dengan wisata alamnya yang indah, ternyata juga memiliki tradisi yang unik dan menarik untuk dipelajari. Salah satu tradisi Suku Sasak yang terkenal adalah tradisi Bau Nyale.
Tradisi Bau Nyale merupakan acara pemburuan cacing laut yang
diselenggarakan di Pantai Seger, Kuta, Lombok Tengah. Kata Bau berasal dari bahasa
Sasak yang artinya menangkap, sedangkan Nyale berarti cacing laut yang hidup di
lubang-lubang batu karang di bawah permukaan laut. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Lombok.
Rangkaian Acara
Sebelum melaksanakan tradisi Bau Nyale, dilakukan wariga sangkep. Di mana para tokoh adat berkumpul untuk menentukan hari baik diselenggarakan Nyale.
Setelah itu dilanjutkan dengan mepasoan yaitu pembacaan lontar yang dilakukan oleh para Mamik.
Setelahnya digelar upacara adat bernama Nede
Rahayu Ayuning Jagad, di mana para Tetua Adat Lombok berkumpul dengan
posisi melingkar, di tengah-tengah mereka diletakkan jajanan serta buah-buahan yang
berbentuk gunungan.
Pada dini harinya, masyarakat mulai turun ke laut untuk mencari cacing laut di Pantai Seger, Kuta. Setelah proses perburuan cacing laut tersebut selesai, biasanya masyarakat Lombok mengolahnya menjadi makanan. Masyarakat Lombok biasanya juga menyantap cacing-cacing tersebut dalam keadaan hidup dan mentah.
Source : food.detik.com |
Legenda Putri Mandalika yang Menjadi Asal Muasal Tradisi Bau Nyale
Menurut cerita legenda masyarakat Sasak, nyale yang diburu
saat upacara Bau Nyale merupakan jelmaan dari Putri Mandalika. Seorang putri
keturuanan dari Raja Tonjang dan Dewi Seranting yang memimpin kerajaan Tunjung
Bitu.
Putri Mandalika terkenal berparas cantik jelita, cerdas dan
bijaksana. Kecantikan paras dan budinya tersohor ke berbagai negeri hingga
negeri sebrang. Karena itulah banyak pangeran-pangeran dari berbagai kerajaan
datang untuk melamarnya.
Source : lomboktourplus.com |
Mengetahui hal tersebut Putri menjadi gusar, karena jika dia memilih satu diantara mereka tentunya Pengeran yang lainnya menjadi iri. Jika hal tersebut terjadi ditakutkan akan terjadi perpecahan dan pertempuran di Bumi Sasak. Oleh karena itu, akhirnya dia memutuskan untuk mengorbankan jiwanya demi menghindari terjadinya pertempuran yang akan memakan banyak korban.
Sebelum melakukan niatnya, Sang Putri melakukan semedi dan
dalam semedinya ia mendapatkan wangsit. Di dalam wangsitnya dikatakan dia harus
mengundang semua Pangeran dalam pertemuan pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan
Sasak (yang jatuh sekitar bulan Februari dan Maret penanggalan Masehi) di
Pantai Seger, Kuta, Lombok Tengah. Semua Pangeran yang diundang harus disertai
dengan rakyatnya masing-masing. Mereka harus datang ke tempat itu sebelum
matahari memancarkan sinarnya di ufuk timur.
Saat waktu yang ditentukan tiba, Pantai Seger, Kuta telah
dipenuhi oleh banyak orang. Para Pangeran datang beserta rakyat mereka. Selang
berapa lama, Sang Putri datang diusung oleh prajurit-prajurit yang menjaganya.
Lalu ia melangkah menuju dekat pantai dan berhenti di onggokan batu
membelakangi laut lepas.
Lalu Sang Putri mengatakan niatanya, bahwa ia memutuskan
untuk tidak memilih semua Pangeran karena dia ditakdirkan menjadi Nyale yang
dapat dinikmati bersama. Setelah mengatakan niat tersebut, Putri Mandalika
menjatuhkan dirinya ke laut lepas.
Semua orang yang ada di sana terkejut dengan keputusan yang
diambil oleh Sang Putri. Meraka langsung mencarinya di tempat di mana ia
menjatuhkan dirinya. Namun tak ditemukan tanda-tanda keberadaan Sang Putri.
Tak lama kemudian dari tempat Sang Putri jatuh, bermunculan
cacing yang jumlahnya sangat banyak. Cacing tersebut mempunyai warna yang
sangat indah yaitu perpaduan warna putih, hitam, hijau, kuning dan coklat.
Cacing ini kemudian disebut Nyale.
Source : jelajahnusae.com |
Masyarakat Sasak percaya bahwa upacara Bau Nyale ini adalah tuah yang dapat mendatangkan kesejahteraan bagi yang menghargainya dan mendatangkan bencana bagi yang meremehkannya. Oleh sebab itu tradisi ini masih dilakukan hingg sekarang.
Ingin ikut berburu cacing dalam tradisi Bau Nyale? Datanglah
ke Lombok pada bulan Februari dan Maret.
No comments
Post a Comment